Kota Probolinggo adalah kota
yang memiliki berbagai macam potensi dasar dalam pembangunan. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai macam aspek dan potensi seperti potensi perikanan,
pertanian dan kebudayaan sebagai salah satu aset untuk membangun kota
Probolinggo. Beberapa
unsur kebudayaan yang ada di kota ini, hampir semuanya berpotensi menjadi
sebuah materi pariwisata.
Sudah sepatutnya kita
mengetahui Seni dan Budaya apa saja yang sebenarnya sudah dimiliki oleh Kota
Probolinggo yang mampu menumbuh kembangkan aspek Pariwisata. Baik dari sisi
Kesenian, Tradisi hingga Adat istiadat. Adapun beberapa kebudayaan yang ada di Kota Probolinggo adalah sebagai
berikut:
1. Jaran Bodhag Jaran Kencak
Seni pertunjukan yang populer di kalangan masyarakat
kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang “ngencak”
(menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam wacana lokal untuk menyebut “Kuda
Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk
menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada kalangan
masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak mampu memiliki atau
menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat modifikasi Jaran Kencak
dengan jaran (kuda) tiruan. Terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai
leher, kemudian leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan lengkap dengan
aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri
di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik
kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri ) dengan menyangga
leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang
yang naik “Jaran Kencak” itulah yang disebut dengan “Jaran Bodhag”.
Pada saat ini
“Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo. Dan kesenian
ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara hajatan, pernikahan,
khitanan, dan sebagainya. Penyajian kesenian ini diiringi dengan musik
tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Jaran Bodhag
dibawa oleh dua orang dengan sebutan janis dan penunggang jaran. Dalam
penyajiannya juga ditampilkan tembang-tembang tradisi khas Jaran Bodhag dengan
pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik, yang didesain sendiri oleh pemiliknya
dengan segala kemampuan estetiknya. Siapapun bisa naik Jaran Bodhag, karena
gerakannya tidak rumit, tinggal mengikuti irama yang muncul dari musik kenong
telo’. Keberadaan kesenian Jaran Bodhag ini merata diseluruh Kecamatan Kota
Probolinggo.
2.
Ludruk
Ludruk tumbuh dan berkembang
hampir di semua daerah di Jawa timur bagian timur, termasuk di daerah
Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolinggo jelas memiliki perbedaan
dibandingkan dengan ludruk-ludruk di Surabaya atau di daerah lainnya, yakni
pada bahasa yang dipakai. Ludruk di Probolinggo menggunakan bahasa Jawa Ngoko
yang dicampur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan ataupun
dialog para pemainnya. Walaupun dari segi bahasa yang dipakai berbeda, tetapi
dalam hal pakem masih memiliki cerita yang sama. Hanya di beberapa bagian atau
adegan diselipkan adegan tambahan yang bercirikan Probolinggo. Dan kesenian
ludruk ini sering ditemui pada acara-acara hajatan.
Ludruk juga kadang membawakan
cerita legenda dan sejarah, keberadaannya cukup mewarnai dan menjadi hiburan
masyarakat yang menarik. Ludruk adalah kesenian tradisi yang masih hidup di
kota Probolinggo, kesenian peran yang bisa menggunakan segala bahasa, jawa,
madura, Indonesia atau inggris sekalipun, juga enak dan pantas-pantas saja ketika
menggunakan bahasa campuran.
3. OJUNG
Tradisi Ojung adalah tradisi
saling pukul badan dengan menggunakan senjata rotan yang dimainkan oleh dua
orang. Kedua peserta Ojung akan saling bergantian memukul tubuh lawannya. Jika
peserta satu memukul, maka lawannya akan berusaha menangkis dan menghindar.
Tradisi Ojung hampir mirip
dengan olahraga Pedang Anggar, dimana pemain diajak beradu teknik dan kemampuan
saling memukul dengan menggunakan sebilah rotan. Aturan permainan Ojung, yakni setiap pemain memiliki jatah memukul dan menangkis
masing-masing 3 kali. Bagi siapa yang banyak mengenai lawannya ketika memukul
maka dialah yang menang.
Tradisi ini memiliki tujuan untuk
menghindari datangnya bencana alam atau tolak bala’ dan selalu diselenggarakan
pada setiap tahun. Keunikan lainnya dari tradisi ini adalah sebelum acara
dimulai, warga selalu melakukan ritual terlebih dahulu berupa permohonan do’a
kepada yang Maha Kuasa, agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan
tanpa ganjalan yang tidak diinginkan.
4.
Karapan Sapi Brujul
Karapan Sapi Brujul
sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya. Kemudian
dikembangkan menjadi perlombaan yang diadakan pada setiap musim tanam padi
tiba. Karapan Sapi Brujul ini dilaksanakan di area persawahan.
Setiap sapi yang memenangkan
perlombaan Karapan Sapi Brujul, dapat dipastikan memiliki nilai jual yang
sangat tinggi. Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini dipastikan memiliki
kualitas yang cukup baik. Tidak heran jika perlombaan ini sampai mengeluarkan
biaya yang cukup besar.
Karena antusias masyarakat
yang cukup besar, Karapan Sapi Brujul ini dijadikan sebagai obyek wisata kota
Probolinggo. Sekarang ini perlombaan ter-sebut tidak lagi dilaksanakan pada
musim tanam padi saja, namun di luar musim tersebut juga sering
diselenggarakan.
5.
Karapan Kambing
Karapan Kambing, sebenarnya
bermula dari sekedar menjadi obat kejenuhan dalam keseharian setelah menjalani
kewajiban sebagai petani atau pedagang. Karapan Kambing ini merupakan
perlombaan yang digelar setiap satu tahun sekali.
Sama seperti halnya karapan sapi,
kambing-kambing ini menggunakan kaleles (rangka kayu yang diikatkan ke badan
kambing), lalu kemudian diadu kecepatan dengan lawan pasangan lainnya. Dalam
Karapan Kambing, kambing-kambing yang dilombakan tidak dibedakan berdasarkan
ukurannya baik besar atau kecil. Semua kambing yang diperlombakan adalah
kambing dengan jenis kelamin betina.
Ketika berada di arena
perlombaan, kambing-kambing ini dilengkapi dengan beberapa peralatan. Beberapa
peralatan yang digunakan diantaranya adalah jepitan telinga kambing, rekeng
(sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles, kalonongan (terbuat dari keleng kecil
biasanya bekas dari korek api. Dan peralatan yang terpenting sebenarnya adalah
balsam dan minyak angin. Karena pada beberapa bagian tubuh kambing akan
dilumuri balsem dan minyak angin sehingga kambing tersebut akan merasakan
kepanasan dan akan berlari kencang sekuat tenaga.
6.
Perahu Hias
Lomba Perahu Hias
merupakan tradisi masyarakat pesisiran pantai kota Probolinggo yang secara
beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam
hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik
wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan
dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4
September.
Nah, ternyata banyak juga kan
kebudayaan dan tradisi di Kota Probolinggo, kita sebagai generasi penerus
bangsa harus melestarikan kebudayaan dan tradisi di daerah kita, kalau bisa
kita juga harus mengetahui semua kebudayaan di Indonesia, dan satu lagi
ternyata Kota Probolinggo tidak hanya kebudayaannya saja yang beraneka ragam
tetapi tempat wisata yang lain juga banyak, misalnya: Pantai Bentar, Pantai
Papuma dan masih banyak lagi.
Dan di Kota Probolinggo juga telah terlahir seorang seniman yang mendapat penghargaan
dari Gubernur Soekarwo. Seniman tersebut bernama Peni Priyono, Peni Priyono
merupakan seniman secara mandiri. Konsep koreografi dan musik yang di
eksplorasi dalam berbagai karya tari dan musik tradisi bersumber dari
Madura-Banyuwangi dan kesenian lengger di Probolinggo.
Sehingga dalam karyanya mewujudkan konsep estetika baru yang bernuansakan Mandalungan-Probolinggo. Sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang di dominasi komunitas Jawa dan Madura.
Beberapa karya Peni Priyono yang telah dia eksplorasikan antara lain Tari Kiprah Lengger, Tari re re re, Tari Jaran Bodhag,Tari Nyo'co, Tari Kembang Mayang, Tari Nampehna, Tari Mlijo, Tari Lakohna, Tari Sik Lagi Ngelengger dan karya lainnya yang mengacu dari estetika kesenian lengger-jarang bodhag dan re re re. dan inilah yang membuat seorang Peni Priyono mendapatkan piagam penghargaan dari Gubernur Soekarwo.
Sehingga dalam karyanya mewujudkan konsep estetika baru yang bernuansakan Mandalungan-Probolinggo. Sesuai dengan kondisi sosial masyarakat yang di dominasi komunitas Jawa dan Madura.
Beberapa karya Peni Priyono yang telah dia eksplorasikan antara lain Tari Kiprah Lengger, Tari re re re, Tari Jaran Bodhag,Tari Nyo'co, Tari Kembang Mayang, Tari Nampehna, Tari Mlijo, Tari Lakohna, Tari Sik Lagi Ngelengger dan karya lainnya yang mengacu dari estetika kesenian lengger-jarang bodhag dan re re re. dan inilah yang membuat seorang Peni Priyono mendapatkan piagam penghargaan dari Gubernur Soekarwo.